Sabtu, 14 Agustus 2010

MEMBACA PUISI

MEMBACA PUISI

Setiap penyair memiliki gaya bahasa yang berbeda dalam mengungkapkan maksud. Gaya bahasa yang digunakan oleh penyair itu tentu saja mencerminkan perasaan, sikap, dan suasana jiwa pengarang. Perasaan yang menjiwai puisi dapat berupa perasaan sedih, gembira, terharu, terasing, cemburu, dan lain sebagainya.
Berdasarkan tema, nada, dan perasaan tersebut pembaca dapat mengungkapkan amanat puisi. Amanat puisi ditafsirkan sendiri oleh pembaca. Oleh karena itu, pembaca puisi satu dengan yang lainnya dapat menyimpulkan secara berbeda tergantung dari sudut pandang mana ia melihat.

Perhatikan puisi Chairil Anwar di bawah ini! Bacalah dalam hati puisi tersebut untuk mengungkap simbol dan makna simbol yang tertuang dalam larik-larik puisi tersebut!


DIPONEGORO
Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselubung semangat yang tak bisa mati

Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
......................
Maju
Serbu
Serang
Terjang


Pangeran Diponegoro adalah salah satu pahlawan nasional yang terkenal gagah berani. Semangat perjuangan pangeran Diponegoro itu sampai saat ini menjadi kebanggan dan teladan generasi penerus bangsa. Hal itu tercermin dalam larik puisi: "Di masa pembangunan ini tuan hidup kembali". Lari puisi "Dan bara kagum menjadi api/Di depan sekali tuan menanti" merupakan tentang sikap patriotisme yang membara di jiwa generasi muda dan kegagahberaniannya dalam membela negara. Hal itu semakin dipertegas pada larik puisi "Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali". Larik puisi "pedang di kanan, keris di kiri/Berselubung semangat yang tak bisa mati" melambangkan kekuatan Pangeran Diponegoro. Pedang dan keris merupakan simbol kekuatan. Keuatan tersebut tak lain adalah semangat persatuan. Makna itu juag dipertegas oleh larik "Berselubung semangat yang tak bisa mati".

Bagaiman dengan bait selanjutnya? Apa makna yang tertuang dalam bait puisi tersebut? Coba sampaikan pendapatmu!

............................................................................................

InTips (Info dan Tips

Rachmad Joko Pradopo mengatakan sebuah puisi terdiri atas beberapa lapis norma. Lapis norma itu adalah sebagai beikut.
  1. Lapis Bunyi, berupa rangkaian bunyi yang dibatasi jeda: jeda pendek, agak panjang, panjang. Suara itu bukan tanpa makna, melainkan suara menimbulkan arti.
  2. Lapis Arti, berupa fonem, suku kata, kata, frasa, dan kalimat merupakan satuan-satuan arti. Rangkaian satuan-satuan arti ini menimbulkan latar, pelaku, objek, dan dunia pengarang.
  3. Lapis Dunia, yang dipandang dari titik pandang tertentu, yang tak perlu dinyatakan, tetapi terkandung di dalamnya.
  4. Lapis Metafisis, berupa sifat-sifat metafisis yang mampu menjadi bahan renungan bagi pembaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar